Pentingnya Konsultasi Psikologi bagi Pekerja: Menjaga Kesehatan Mental di Tempat Kerja

Ilustrasi

Medan – Banyak pekerja yang tetap melanjutkan pekerjaan meskipun mereka menghadapi masalah psikologis. Kesehatan mental di tempat kerja adalah aspek yang seharusnya tidak diabaikan, seperti yang dilaporkan pada Selasa (8/10/2024).

Menurut survei “Health on Demand 2023” dari Mercer Marsh Benefits, sekitar 45 persen pekerja di Asia, termasuk Indonesia, mengakui bahwa mereka pernah bekerja dalam kondisi mental yang tidak baik.

Wulan Gallacher, Direktur Utama Mercer Marsh Benefits Indonesia, menjelaskan bahwa semakin banyak perusahaan yang mulai memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan stres di kalangan karyawan.

“Ini mencakup peninjauan ulang desain pekerjaan, kemampuan manajer, penetapan target dan ekspektasi yang realistis, serta penciptaan budaya kerja yang kolaboratif dan inklusif. Selain itu, menawarkan manfaat kesehatan seperti dukungan untuk kesehatan mental dan pelatihan untuk mengatasi masalah mental juga sangat penting,” ungkapnya.

Kesehatan mental kini semakin diperhatikan, dan banyak orang menyadari bahwa mencari bantuan psikologis bukanlah sesuatu yang memalukan. Tidak ada salahnya untuk mencari dukungan profesional saat menghadapi kesulitan, termasuk di tempat kerja. Namun, bagaimana dengan biaya konsultasi ini? Apakah bisa ditanggung oleh perusahaan atau asuransi?

“Biaya konsultasi psikolog tidak dijamin, tetapi untuk psikiater, biayanya dijamin,” kata Ria Ardiningtyas, Kepala Konsultasi dan Analitik Mercer Marsh Benefits Indonesia, saat membahas laporan “Indonesia Health and Benefits Study 2024” di Jakarta, Kamis (3/10/2024) pekan lalu.

Mengapa konsultasi psikologi tidak mendapatkan jaminan? Ria menjelaskan bahwa psikolog bukanlah dokter dan tidak bisa memberikan terapi medis atau resep obat. Namun, banyak perusahaan di Indonesia umumnya memberikan jaminan pengobatan kepada psikiater atau dokter spesialis kejiwaan.

Meskipun demikian, Ria mengakui bahwa semakin banyak perusahaan yang peduli terhadap kesehatan mental karyawan. Namun, alih-alih menyediakan konsultasi psikologi, banyak yang lebih memilih program lain, seperti hotline bantuan atau memberikan waktu istirahat untuk pemulihan.

Baca Juga:  Xiaomi Indonesia Kolaborasi dengan Tulus dan Anton Ismael: Apa Hasilnya?

Dari informasi yang dilansir oleh hellosehat, beban pekerjaan yang berlebihan dan lingkungan kerja yang tidak mendukung dapat memicu masalah kesehatan mental, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan bipolar.

Ketika kesehatan mental terganggu, produktivitas pekerja bisa menurun, padahal produktivitas adalah faktor penting dalam kemajuan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan tidak boleh mengabaikan isu kesehatan mental.

Sesuai dengan informasi dari Kemenkes, perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mendukung seluruh karyawan, termasuk yang mengalami masalah mental. Dukungan yang dapat diberikan termasuk cuti untuk pemulihan, membantu mencari bantuan profesional, menyediakan pengaturan kerja yang fleksibel, mediasi untuk konflik, serta memfasilitasi komunikasi antara karyawan dan atasan.

Perusahaan harus memastikan bahwa karyawan merasa didukung, bukan terdiskriminasi di lingkungan kerja. Dengan demikian, diharapkan karyawan yang mengalami masalah kesehatan mental dapat segera pulih dan kembali bekerja dengan produktif. (Rendi)