Rupiah Tertekan di Akhir Pekan: Dampak Kebijakan The Fed dan Manuver Trump

Rupiah Tertekan di Akhir Pekan: Dampak Kebijakan The Fed dan Manuver Trump

JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami fluktuasi pada perdagangan akhir pekan, Jumat (31/1/2025), menyusul keputusan Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuan. Pada penutupan perdagangan Kamis (30/1), rupiah melemah 36 poin atau 0,215% ke posisi Rp16.256 per dolar AS, dibandingkan akhir pekan lalu yang berada di level Rp16.171,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga melemah tipis 0,12% ke 107,87.

Sepanjang tahun berjalan 2025, indeks dolar AS sempat mencapai level tertinggi di 109,65 pada 10 Januari. Berbeda dengan rupiah, sejumlah mata uang Asia justru mengalami penguatan, seperti yen Jepang yang naik 0,44%, dolar Hong Kong menguat 0,018%, dolar Singapura naik 0,015%, won Korea Selatan bertambah 0,12%, peso Filipina meningkat 0,23%, ringgit Malaysia naik 0,016%, dan baht Thailand yang menguat 0,16% pada sore ini.

Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga didasarkan pada kondisi ekonomi AS yang masih solid, dengan inflasi di atas target, pertumbuhan ekonomi stabil, dan tingkat pengangguran yang tetap rendah. Sebelumnya, The Fed telah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang 2024, mengurangi total satu poin persentase penuh. Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa masih terlalu dini untuk menilai dampak kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump terhadap perekonomian AS. Bank sentral akan terus memantau situasi sebelum menyesuaikan kebijakan moneternya.

Di sisi lain, kebijakan ekonomi Presiden Trump menjadi faktor eksternal yang turut memengaruhi nilai tukar rupiah. Pengamat Forex, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa sentimen pasar saat ini dipengaruhi oleh rencana Trump untuk mengenakan tarif 10% terhadap impor dari China mulai 1 Februari 2025. Selain itu, Trump juga memperingatkan kemungkinan penerapan tarif terhadap Uni Eropa, serta menjatuhkan sanksi tambahan bagi Rusia jika konflik di Ukraina tidak menemukan jalan damai.

Baca Juga:  Bupati Asahan Buka Rakornis TP. PKK di Kecamatan Air Batu

Trump bahkan mengindikasikan bahwa tarif serupa dapat diberlakukan terhadap negara-negara lain, termasuk Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko, dengan tarif impor mencapai 25%. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa pemerintahannya sedang mempertimbangkan bea masuk sebesar 10% terhadap China terkait masalah perdagangan fentanil ke AS.

Dinamika kebijakan ekonomi global ini diperkirakan akan terus memengaruhi pergerakan rupiah di waktu mendatang. Para pelaku pasar dan investor pun disarankan untuk mencermati perkembangan kebijakan moneter serta ketegangan perdagangan global guna mengantisipasi potensi volatilitas di pasar keuangan. (Rendi)